Beruang Madu

Beruang Madu

Sunday, July 21, 2013

Beruang Madu

Beruang madu dalam dunia ilmiah dikenal dengan nama Helarctos Malayanus, dan dalam bahasa Inggris disebut ‘Malayan sun bear’. Kedua nama ini berarti “beruang matahari dari Melayu” dan nama ini berasal dari tanda di dada beruang yang berwarna kuning
Beruang Madu merupakan binatang yang menjadi maskot bagi Kota Balikpapan. Binatang ini termasuk salah satu satwa dilindungi dan berada diambang kepunahan. Di Indonesia dinamakan Beruang Madu karena kebanyakan masyarakat melihat satwa ini sedang menghancurkan pohon yang ada sarang lebahnya serta meminum madu dari sarang-sarang tersebut. Pada kenyataannya binatang ini lebih memilih serangga dan biji-bijian (buah-buahan) sebagai makanan utamanya. Beruang Madu terancam punah karena kehilangan habitat aslinya (akibat kebakaran hutan, penebangan kayu, dan pembukaan ladang / perkebunan). Untuk pembukaan perkebunan, beruang madu sering dibunuh atau ditangkap untuk diperjual belikan secara ilegal.

Fisik Beruang
Beruang madu adalah jenis beruang terkecil dari jenis beruang lainnya. Berat badannya berkisar antara 30-65 kg dengan panjang badan yang berkisar antara 110-120 cm. Walaupun ia yang terkecil, beruang madu memiliki lidah dan kuku depan yang terpanjang.
Setiap ekor beruang madu dapat dikenali dari tanda di dadanya yang mempunyai bentuk, corak dan warna yang khas.
Lidah dan kuku yang panjang digunakan untuk mencari makanan. Sebab beruang madu sangat menyukai makan berbagai jenis serangga seperti rayap dan ulat kumbang yang hidup di dalam kayu lapuk. Ia juga sangat suka madu. Dengan taring dan kukunya, ia dapat dengan mudah membongkar kayu.

Habitat
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Borneo,Sumatera,Indocina, Cina Selatan,Burma, serta Semenanjung malaya. Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim. Beruang madu di masa lalu diketahui tersebar hampir di seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat.

Makanan
Beruang madu adalah binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnnya. Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak, setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Pada wilayah yang telah diganggu oleh manusia, mereka akan merusak lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun lainnya.

Perilaku
Beruang madu aktif di malam hari atau disebut juga dengan makhluk nokturnal, mereka menghabiskan waktu di tanah dan memanjat pepohonan untuk mencari makanan.Kecuali betina dengan anaknya, beruang madu umumnya bersifat soliter. Mereka tidak berhibernasi sebagaimana spesies beruang lainnya karena sumber pakannya tersedia sepanjang tahun. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya.Perilaku beruang madu yakni menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan tropis. Beruang madu juga sangat berperan dalam meregenerasi hutan sebagai penyebar biji buah-buahan, dan terkenal sebagai pemanjat pohon yang ulung. Sifatnya pemalu, hidup penyendiri, aktif di siang hari dengan kebutuhan wilayah jelajah yang luas.

Perkembangbiakan
Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan. Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan kemudian mulai hidup secara mandiri.

Ancaman Terhadap Beruang Madu
Beruang madu telah dikategorikan sebagai binatang yang mudah di serang dan terancam kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh pengerusakan habitat yang berlangsung terus-menerus. Ancaman terbesar bagi beruang madu memang semakin hilangnya habitat yang berupa hutan hujan tropis , termasuk diantaranya fragmentasi hutan dan degradasi hutan yang disebabkan oleh perilaku manusia berupa pembalakan hutan secara liar serta penebangan hutan untuk keperluan perkebunan karet, kelapa sawit serta kopi. Ancaman lain bagi beruang madu adalah adanya perburuan, baik dikawasan perlindungan maupun di luar kawasan perlindungan, bagian tubuh beruang madu seperti katung empedu serta cairannya banyak diperdagangkan secara gelap untuk memenuhi permintaan pasar pengobatan tradisional. Selain itu, konflik yang terjadi antara manusia dengan beruang madu terkait dengan perusakan wilayah pertanian juga merupakan ancaman bagi beruang jenis ini. Bencana alam seperti kebakaran hutan turut memengaruhi kelangsungan hidup beruang madu karena berhubungan erat dengan kelestarian habitat serta ketersediaan makanan.

Dikutip dari :