Pasar Terapung |
Kebanyakan pada pedagang adalah wanita. Menariknya, di Pasar Terapung ini juga masih berlaku barter anar pedagang. Tak ada organisasi pedagang, sehingga jumlah mereka yang berjualan tidak terhitung. Mereka datang untuk berjualan, dan bubar dengan sendirinya ketika matahari pagi mulai terik.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan. Pasar ini unik karena selain transaksi dilakukan di atas perahu, pedagang dan pembelinya juga tidak terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai. Keunikan ini membuat pasar terapung ini disebut sebagai Pasar Balarut. Dan Pasar Terapung ini merupakan salah satu tujuan wisata para turis lokal maupun manca negara di Kalimantan Selatan.
Pasar Terapung di Thailand (Damnoen Saduak Floting Market) |
Kenapa judul dari postingan ini di beri judul "Pasar Terapung, Kalimantan Selatan", karena pasar terapung selain yang berada di Kalimantan Selatan yaitu kegiatan Pasar Terapung di Muara Kuin dan Pasar Terapung Lok Baintan. Ada juga Pasar Terapung di Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Langkat, namun sebenarnya pasar ini sengaja dibuat dan berlokasi di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, berdekatan dengan provinsi Aceh, yang diresmikan pada tanggal 9 Februari 2009, oleh Bupati Langkat. Selain itu juga ada di Thailand juga terdapat sebuah pasar terapung yang bernama The Damnoen Saduak Floating Market atau Pasar Terapung Damnoen Saduak di Provinsi Ratchaburi. Pasar Terapung ini berjarak sekitar 110 km sebelah barat kota Bangkok.
Melancong ke pasar terapung Damnoen Saduak masih layak untuk dilakukan.
Situasinya benar-benar kacau dan semrawut, kanal kecil yang disebut khlongs
dipenuhi perahu datar yang diisi penuh dengan tumpukan produk makanan
segar, masing-masing berebut posisi. Perahu yang didayung oleh wanita
siap untuk berhenti dan melakukan tawar-menawar pada saat itu juga.
Penuh warna, berisik, amat menarik bagi turis, tapi sangat menyenangkan.
Selama perahu berekor panjang berjalan ke pasar, Anda akan melewati
kebun-kebun, rumah-rumah kayu jati tradisional dan masyarakat lokal yang
berangkat demi penghidupan mereka.
Pasar Terapung Muara Kuin
Pasar Terapung - Muara Kuin |
Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar Terapung berada tidak terlalu jauh dari pusat kota Banjarmasin.
Kita harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit untuk tepian Sungai
Kuin, dimana dari sinilah kita akan menuju pasar terapung. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Transaksi Pasar Terapung |
Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh
kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang
selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah
tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak
memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.
Pasar Terapung Lok Baintan
Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar. Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.
Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual
beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan
berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat
jam. Pasar terapung ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar.Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lokbaintan terlihat konvoi perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan memasarkan hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.
Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju pasar terapung terbilang cepat karena membutuhkan waktu 30 menit. Alternatif kedua dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
Kegiatan Pasar Terapung Lok Baintan dari jam 09.00 Wita - 11.30 Wita |
Umumnya, dagangan yang akan dibarter adalah hasil bumi berupa sayur mayur dan buah-buahan. Besaran dan keberimbangan jumlah hasil barter tergantung kesepakatan antarkedua belah pihak. Jika sepakat, maka masing-masing akan mendapatkan barang sesuai keinginan dan selanjutnya digunakan untuk keperluan pribadi di rumah.
Pasar Terapung Teracam Hilang
Pasar Terapung di Astambul-Martapura zaman dahulu |
Pemerintah provinsi maupun kabupaten tidak tinggal diam. Pada 2009 lalu, digulirkan bantuan berupa 40 klotok dan jukung untuk pedagang. Selain itu, juga dibangun kampung wisata di sekitar pasar terapung Kuin Selatan. Masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai di sekitar lokasi pasar terapung diberi bantuan permodalan usaha. Mereka bisa mendirikan warung dan usaha kerajinan khas Banjar.
Target yang hendak dicapai tidak muluk-muluk. Pada 2010 ini, Kalimantan Selatan diharapkan mampu menarik wisatawan asing sebanyak 19 ribu orang. Maklum, karena dua tahun terakhir terjadi penurunan jumlah pengunjung. Jika pada 2008 ada 24 ribu turis asing yang datang, setahun kemudian turun menjadi 22 ribu orang.
Pasar Terapung Buatan di Banjarmasin
Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin
Kalimantan Selatan (Kalsel) akan membangun pasar terapung tradisional
yang selama ini berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin,
Banjarmasin ke sungai kerokan jalan Zafi Zam-Zam.
Pasar Terapung Muara Kuin-Banjarmasin zaman dulu |
Gagasan membangun pasar terapung buatan
tersebut bertujuan untuk memudahkan wisatawan yang ingin menyaksikan
pasar terapung tanpa harus jauh-jauh ke muara kuin. Selain itu kita juga
ingin melestarikan dan terus membina para pedagang pasar terapung yang
kini terus berkurang.
Sebagaimana diketahui, untuk bisa
menyaksikan pasar terapung para wisatawan harus rela bangun sebelum
subuh untuk menuju ke sungai Barito Muara Kuin Banjarmasin dengan
mengendarai kapal kayu bermesin atau disebut kelotok.
Wisatawan pun juga harus rela menembus
dinginnya suasana pagi dengan perjalanan sekitar setengah jam dari
dermaga pemberangkatan yang terletak di depan masjid bersejarah Sultan
Suriansyah.
Kondisi tersebut membuat sebagian
wisatawan enggan untuk bisa menikmati eksotiknya wisata pasar terapung,
karena terlambat sedikit pasar yang kini pedagangnya terus berkurang
tersebut telah bubar.
Dengan adanya pasar terapung yang
aksesnya lebih mudah terjangkau oleh wisatawan akan mampu menyedot
wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara lebih banyak lagi datang ke
Banjarmasin.
Saat ini pasar terapung masih merupakan
wisata andalan Kalsel, yang bila tidak dijaga kelestariannya
dikhawatirkan akan menghilang tergerus oleh pasar-pasar modern.
Sekarang ini antara wisatawan dan
pedagangnya lebih banyak wisatawannya, sehingga bila kondisi ini
dibiarkan dikhawatirkan lama kelamaan pasar terapung tinggal menjadi
sejarah.
Tentang kunjungan wisatawan di Kalsel,
berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kalsel jumlahnya terus
bertambah. Namun bertambahnya jumlah tersebut apakah murni wisatawan
atau tamu yang kebetulan berkunjung untuk tugas atau perjalanan dinas
atau memang ingin menyaksikan wisata Kalsel.
sumber :